Q.S. Al-Kahfi ayat 10:
10. (ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari
tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami,
berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami
petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."
Rasulullah SAW
telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa
kelak
pada hari Kiamat
Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada tujuh (golongan) orang. Salah
satunya
adalah golongan
pemuda yang menyibukkan dirinya dengan beribadah kepada Allah sebagaimana
disebutkan dalam
penggalan hadits berikut:
وشاب نشأ في عبادة
ربه
Masa muda adalah
masa puncak kekuatan dan semangat seorang manusia. Apa pun yang diinginkannya
akan dengan mudah didapatkannya. Makanya Nabi mengatakan: pergunakan masa
mudamu untuk kebaikan sebelum datang mata tuamu.
Masa muda adalah
puncak gelora nafsu syahwat. Syahwat adalah
keinginan yang kuat untuk melakukan/memiliki sesuatu kesenangan. Banyak yang
terjerumus dalam kemaksiatan yang disebabkan oleh nafsu syahwat karena tergoda
dengan keseangan sesaat. Makanya Nabi pernah bersabda:
يا معشر الشباب
من استطاع منكم البائت فليتزوج, فإنه أغض للبصر وأحسن للفرج. فإن لم تستطع, فعليكم بالصيام, فإنه له وجاء.
Tidak sedikit
pemuda yang terjerumus melakukan dosa maksiat karena faktor syahwat. Perzinahan,
Perjudian, Minuman Keras, dsb. Tetapi, berbanding lurus dengan pemuda yang menjadi
pelopor kemajuan dan pembangunan dunia. Salah satunya adalah persatuan
Indonesia dimulai dari gerakan pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang selalu
diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda.
Gerakan perubahan
untuk memurnikan Pancasila dimotori oleh para pemuda. Gerakan Reformasi juga
dimotori oleh para pemuda. Begitu banyak peran pemuda dalam pembangunan bangsa.
Dan itu tidak akan berhenti karena dari satu generasi ke genarasi berikutnya
selalu ada pemuda ibarat terjadi pergantian memegang tongkat estafet seiring bergantinya
waktu.
Maka, Ashabul
Kahfi patut menjadi teladan dalam perjuangan membela kebenaran. Utamanya dalam meneruskan
dakwah Rasulullah SAW membangun masyarakat yang bernafaskan kalimat Laa Ilaha
Illa Allah.
Ashabul Kahfi
adalah sekelompok pemuda yang hidup pada masa raja Diqyanus di Romawi, beberapa
ratus tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as. Mereka adalah Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus , Yathbunus dan Thamlika; adapun anjingnya bernama Kithmir. Mereka hidup di tengah masyarakat
penyembah berhala dengan seorang raja yang dzalim. Ketika sang raja mengetahui
ada sekelompok pemuda yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu
memanggil dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi
Ashabul Kahfi menolak perintah itu dan lari menjauh dari sang raja. Dikejarlah mereka
untuk dibunuh. Namun, mereka selamat dari kejaran pasukan raja dengan
bersembunyi di sebuah gua.
Ashabul Kahfi mencari tempat berlindung di sebuah gua demi
menyelamatkan diri dari ancaman pembunuhan oleh pasukan Raja Diqyanus karena
menolak untuk berhenti menyembah Allah SWT. Mereka berdoa agar Allah SWT
senantiasa memberinya petunjuk yang
lurus dalam setiap urusan yang mereka hadapi. Usaha mereka untuk bersembunyi di
gua dan doa-doa mereka agar Allah senantiasa memberinya petunjuk merupakan
bukti bahwa Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang gigih mempertahakan iman,
yakni iman tauhid yang hanya menyembah Allah SWT.
Dengan
perlindungan Allah SWT mereka kemudian tidur selama bertahun-tahun di dalam gua
itu. Kisah ini dapat kita temukan sumbernya pada ayat 11 Surah Al-Kahfi sebagai
berikut:
11. Maka Kami
tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu[873],
[873] Maksudnya:
Allah menidurkan mereka selama 309 tahun qamariah dalam gua itu (Lihat ayat 25)
sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apapun.
Mereka kemudian
bangun karena Allah yang membangunkannya sebagaimana sebelumnya mereka tidur karena Allah
yang menidurkannya. Dengan kata lain mereka tidur selama berabad-abad itu
karena memang Allah menghendaki demikian dalam rangka menyelamatkan jiwa dan
iman mereka. Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim; menyebut angka 309
tahun untuk menunjukkan lamanya mereka tidur dalam gua. Mereka mulai tidur di
jaman pemerintahan Raja Diqyanus dan baru bangun setelah raja yang berkuasa
telah berganti beberapa generasi. Masyarakat beserta sang raja pada saat itu
sudah beriman kepada Allah SWT.
Jadi, ada
beberapa hikmah yang bisa dipetik:
1.
Berbuat kebaikan
tidak perlu menunggu usia tertentu (nanti sudah dewasa, tua, dsb.). Ada penyakit
umum, yaitu ketika yang muda diberi tugas dan tanggung jawab mereka mengatakan “kasi
yang tua yang sudah berpengalaman”, ketika tugas itu diberikan kepada yang tua
mereka juga berkata “”kasi yang muda yang masih kuat”.
2.
Nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak kita sebagai
generasi pelanjut. Tugas orang tualah yang mengupayakan anaknya memiliki
prinsip tauhid La Ilaha Illah Allah. Nabi mengatakan bahwa seorang anak lahir
dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang akan merubahnya. Di sinilah
peran pendidikan dalam membentuk karakter anak-anak.
3.
Memperjuangkan kebaikan
dan kebenaran membutuhkan pengorbanan dan keihklasan.
4.
Orang-orang yang
selalu menolong agama Allah, dengan berpegang teguh pada Al-quran dan Hadits
serta ijtihad para ulama, akan senantiasa mendapat pertolongan Allah SWT.
Wallahu A’lam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar